Meskipun demikinan, saya jenis
penikmat musik yang kadang-kadang perlu membaca ulasan musik sebelum
mendengarkan musik. Saya perlu alasan untuk apa saya mendengar musik. Ketika mendengar musik jazz, saya perlu
membaca ulasan tentang jazz. Dengan begitu saya mengerti konteks dan latar
belakang lahirnya musik jazz. Konon, jazz lahir dari musisi
jalanan, mereka berasal dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Para musisi jalanan tersebut menggunakan jazz sebagai alat komunikasi, para musisinya kebanyakan adalah kulit hitam, sementara waktu itu di Amerika (tempat jazz lahir) isu rasial sedang hangat, kulit hitam seringkali diperlakukan tidak adil.
Kira-kira begitu cara saya menikmati musik. Semakin musik itu mempunyai konteks dan latar belakang yang kuat, bagi saya, musik itu akan semakin bernilai.
Kira-kira begitu cara saya menikmati musik. Semakin musik itu mempunyai konteks dan latar belakang yang kuat, bagi saya, musik itu akan semakin bernilai.
Saya tertarik mendengarkan Imagine
sehabis nonton Mata Najwa (3 April 2016). Waktu itu tamunya adalah Gus Mus, seorang kiai moderat. Ketika Gus Mus ditanya tentang lagu kesukaannya, Gus Mus menjawab
“Imagine”. Kemudian setelah saya mendengar Imagine, saya berkesimpulan bahwa selera musik Gus Mus rada aneh, melihat latar
belakangnya sebagai kiai. Lagu tersebut mengajak pendengarnya untuk membayangkan seandainya surga dan neraka tidak ada.
Imagine there’s no heaven, It’s easy if you try, No hell below us, Above us, only sky
Padahal lirik ini kontradiktif dengan kepercayaan agama, khususnya Islam. Di dalam Islam, neraka dan surga itu ada, lantas bagaimana seorang agamawan bisa membayangkan tak ada surga dan neraka?
*
"Dor! dor! dor!"
Mark David Chapman menembak John Lennon hingga
terkapar tepat setelah turun dari mobil (8 Desember 1980). Dia melakukannya enam jam setelah mendapat tanda tangan
dari Lennon di album Double Fantasy.
Bahkan dengan santainya, dia menjatuhkan pistol dan melanjutkan membaca novel The Catcher in the Rye. Dia menyerahkan
diri tanpa perlawanan kepada polisi. Petugas kepolisian sempat kaget dan
menduga bahwa pria tersebut menderita gangguan jiwa.
Bertahun kemudian terungkap motif
Chapman membunuh Lennon, dia mengaku kecewa dengan Lennon yang memberi
pernyataan bahwa The Beatles lebih populer ketimbang Yesus.
"Agama kristen akan hilang," ujar Lennon. "Agama itu akan hilang dan tenggelam. Saya tidak perlu beradu argumen tentang itu. Saya benar dan akan membuktikannya. Kami lebih populer dari Yesus sekarang. Saya tidak tahu siapa yang akan hilang duluan, rock n' roll atau kristen."
Dengan kata lain, Chapman membunuh Lennon demi nama Yesus. Lennon mati, dan beberapa kisah kontroversinya tetap dikenang. Begitu juga 'Imagine' masih terus didengarkan.
"Agama kristen akan hilang," ujar Lennon. "Agama itu akan hilang dan tenggelam. Saya tidak perlu beradu argumen tentang itu. Saya benar dan akan membuktikannya. Kami lebih populer dari Yesus sekarang. Saya tidak tahu siapa yang akan hilang duluan, rock n' roll atau kristen."
Dengan kata lain, Chapman membunuh Lennon demi nama Yesus. Lennon mati, dan beberapa kisah kontroversinya tetap dikenang. Begitu juga 'Imagine' masih terus didengarkan.
Ini
sedikit informasi yang saya dapat mengenai John Lennon yang menyanyikan Imagine. Ternyata dia mati dengan tragis ditembak oleh penggemarnya sendiri. Saya
bukan penggemar John Lennon atau The Beatles, saya menikmati Imagine sekadar
ingin tahu.
Tapi jika Imagine kita tarik pada
konteks tertentu dan dalam situasi tertentu, Imagine akan sangat ironi didengar.
Tentang lirik yang menyoal agama dan negara. Agama dan negara sering kali jadi dasar atau alasan timbulnyanya konflik. Konflik antar bangsa (ras), sosial, atau bahkan konflik individu seperti Champan yang karena fanatisme buta bertindak kriminal.
Begitu juga, Hitler pemimpin Nazi melakukan genosida terhadap kaum Yahudi di Jerman. Suharto membantai ribuan anggota PKI. Bahkan hingga kini, konflik antara Palestina dan Israel masih terus berlangsung. Bisakah alasan semacam ‘tanah yang dijanjikan Tuhan’ dibenarkan untuk membunuh ribuan manusia?
Begitu juga, Hitler pemimpin Nazi melakukan genosida terhadap kaum Yahudi di Jerman. Suharto membantai ribuan anggota PKI. Bahkan hingga kini, konflik antara Palestina dan Israel masih terus berlangsung. Bisakah alasan semacam ‘tanah yang dijanjikan Tuhan’ dibenarkan untuk membunuh ribuan manusia?
Masih sering kita dengar di media
betapa agama jadi alat politik oleh elit politik tertentu. Selama
ada kelompok sektarian fanatik yang mempercayai sesuatu dengan kaca mata kuda, tanpa pertimbangan rasional, maka para penghasut akan menari-nari di atas kefanatikan mereka. Mereka akan menjadi massa yang digiring ke sana-sini oleh elit-elit tertentu yang ujung-ujungnya menimbulkan konflik dan bukan atas pertimbangan rasional.
Padahal nilai relatif berbeda dengan nilai absolut, agama dan negara adalah nilai relatif; multi tafsir. Maka wajar jika di dalam agama ada banyak aliran, dan di dalam bernegara ada banyak pilihan ideologis. Yang keliru adalah menganggap nilai relatif sebagai nilai absolut yang mutlak benar. Padahal tak ada yang absolut kecuali Tuhan. Dan Tuhan berbeda dengan negara.
Lennon adalah satu di antara sekian banyak kaum skeptis. Lewat lagunya, seolah-olah dia bertanya dan seolah-olah dia mengajak pendengarnya untuk berani bertanya; adakah cara selain perang dan pertumpahan darah agar hidup di bumi jadi bahagia?
Padahal nilai relatif berbeda dengan nilai absolut, agama dan negara adalah nilai relatif; multi tafsir. Maka wajar jika di dalam agama ada banyak aliran, dan di dalam bernegara ada banyak pilihan ideologis. Yang keliru adalah menganggap nilai relatif sebagai nilai absolut yang mutlak benar. Padahal tak ada yang absolut kecuali Tuhan. Dan Tuhan berbeda dengan negara.
Lennon adalah satu di antara sekian banyak kaum skeptis. Lewat lagunya, seolah-olah dia bertanya dan seolah-olah dia mengajak pendengarnya untuk berani bertanya; adakah cara selain perang dan pertumpahan darah agar hidup di bumi jadi bahagia?
Imagine there’s no countries, It isn’t hard to do, Nothing to kill or die for, And no religion, too, Imagine all the people living life in peace You.
Ketika hari ini negara masih menjadi hantu dan agama dimanfaatkan oleh
sebagian orang demi kepentingan tertentu, Imagine masih relevan untuk
didengarkan.