Bukankah mereka mempunyai sifat demikian itu karena tawaduk, maksudnya,
mereka tidak menyalahi kodrat yang sudah digariskan oleh alam, tidak sombong
dan tidak melebih-lebihkan apa yang mereka miliki. Jika monyet serakah itu
memang sifatnya monyet, jika babi pemalas itu memang sifatnya babi, dan jika coro suka
sembunyi di lubang pispot, bukankah begitu yang sudah digariskan oleh alam bagi
kehidupan coro?
Akan jadi gempar jika ada binatang yang menyalahi kodrat alamnya. Misalnya,
ada babi yang berjalan menggunakan dua kaki dan berbicara mengenai politik. Itu
bakal menggemparkan dunia dan bisa dikecam babi-sesat. Sebab telah menyalahi kodrat
babi yang berjalan merangkak dan berbunyi menguik-nguik
dan babi seharusnya tidak berbicara mengenai politik.
Soal babi yang berjalan dengan dua kaki dan berbicara mengenai politik, ini pernah terjadi di
dunia dan mungkin hanya terjadi satu kali. Riwayatnya bisa dibaca di dalam
kitab ‘Animal Farm’ karya Goerge Orwell atau ‘Binatangisme’ yang diterjemahkan
oleh Mahbub Djunaidi.
Saya kasih bocoran sedikit; menjelang
akhir januari, tak bisa dielakan lagi bahwa memang sudah amat perlu
mengusahakan gandum dari mana saja. Di hari-hari itu, babi Napoleon amat jarang
muncul di muka umum. Ia banyak menghabiskan waktu di dalam gedung peternakan,
yang pintu-pintunya dijaga oleh anjing-anjing yang bermuka ganas. Kalau saja ia
muncul keluar, pastilah dalam gaya upacara. Dikawal oleh 6 ekor anjing yang
ketat mengelilinginya… (Binatangisme, hal 88). Begitualah sedikit cuplikan riwayat
babi-babi-sesat. Sengaja bagian yang
paling seru tidak saya kutip. Jika Anda penasaran sebaiknya Anda baca sendiri
kitab ini .
Jika Anda sudah membaca kitab ini, saran saya, silahkan Anda
membandingkan tokoh-tokoh George Orwell dengan tokoh politik kita. Adakah tokoh
politik kita yang mirip dengan tokoh-tokoh George Orwell? Saya yakin Anda akan mendapatkan
sebuah kebahagian jika berhasil menemukankannya, seperti ketika tanpa sengaja
menemukan kalung yang hilang bertahun-tahun lalu, “Oh… ternyata ini!”
Itulah kenikmatan membaca karya sastra. Selain menghibur juga menambah asupan
gizi, sehingga tidak mudah diombang-ambing oleh isu-isu politik picisan. Begitulah
seharusnya karya sastra dibaca.
Sekali lagi, untuk mengakhiri tulisan ini, biarkan babi tetap menjadi bagi. Sebab jika babi berpolitik nanti akan menyalahi kodrat dan kisahnya akan ditulis seperti George Orwell menulis Animal Farm.
*Semacam resensi