Di SD ku dulu ada gudang yang menyimpan buku-buku.
Aku yakin buku-buku itu kiriman dari Dinas Pendidikan. Soalnya banyak sekali
cap DISPENDIKBUD pada sampulnya.
Alih-alih bikin perpustakaan, pihak sekolah malah
menggudangkan buku-buku itu. Gudangnya tepat di samping kelas 6. Di samping
kelasku. Waktu itu aku sudah kelas 6.
Tiap pagi gudang itu dibuka oleh petugas kebersihan.
Selain buat menyimpun buku-buku, gudang itu juga menyimpan alat-alat
kebersihan.
Sesekali, saya menyelinap ke dalam gudang, dan
melihat gambar sampulnya. Belum berani menyentuh. Cuma melihat saja. Gambar sampulnya
banyak yang menarik. Berbeda dengan gambar sampul LKS yang selelau monoton:
kalau nggak gambar pantai Prigi, biasanya pantai Pelang (obyek wisata Kabupaten
Trenggalek, kayaknya kami disiapkan buat jadi konsumen pariwisata).
Seiring berjalannya waktu, intensitasku menyelinap ke gudang
itu makin sering. Dan aku mulai berani menyentuh satu-dua buku. Tentu yang saya
buka yang gambar sampulnya menarik. Saya berharap dapat menemukan komik di
gudang itu, komi Naruto atau yang lain. Saya tinggal di desa. Jadi tak ada toko buku
yang jual komik.
Kemudian, di luar jam sekolah, kami main sepak bola di lapangan sekolah.
Muncullah ide untuk menyusup lagi ke gudang sekolah. Entah siapa yang punya ide
jahat ini, akhirnya kami menyusup ke gudang itu lewat jendela.
Di dalam gudang, saya sudah tidak tahan lagi untuk tidak
mencuri satu-dua buku. Dan teman-teman saya juga tidak tahan untuk tidak
mencuri satu-dua barang-barang yang mereka suka. Karena tak ada komik di gudang itu, akhirnya saya
memutuskan mengambil buku Nabi Musa dan Nabi Nuh. Paling tidak di dalam buku itu
ada gambar-gambarnya. Dan teman-teman yang lain mengambil satu-dua barang yang
mereka suka.
Menyusup ke gudang membikin kami ketagihan. Beberapa
kali kami menyusup ke gudang itu. Tapi tidak selalu untuk mencuri. Hingga suatu
hari petugas kebersihan menyadari ulah kami. Dia memaku jendela yang sering
kami gunakan untuk menyusup. Sehingga kami tidak bisa menyusup lagi.