10 February 2021

Dani, Sabda Jalan Pulang, dan Ki Ageng Ratmojo

Jika kau membaca novel Sabda Jalan Pulang yang ditulis oleh Dani Saputra, kau akan menemukan salah satu tokoh bernama Ki Ageng Ratmojo.

Tentu tokoh dalam novel itu fiktif, meskipun bisa saja, Dani mengambil model berdasarkan karakternya nyata.

Di Desa Grogol Ponorogo terdapat makam tua. Masyarakat sekitar percaya makam itu merupakan tempat pesarean Ki Ageng Ratmojo. Tetua desa Grogol yang babad di desa itu. Makamnya berada di barat daya desa, di samping sawah dan kalen untuk irigrasi.

Dani lahir dan besar di Grogol, ia juga mengakui bahwa karakter dalam novelnya memang mengambil model dari Ki Ageng Ratmojo yang babad desanya. Sayangnya tak ada catatan untuk menggali lebih jauh mengenai sosok nyata Ki Ageng Ratmojo.

Kisah Ki Ageng Ratmojo terbentuk dari cerita lisan. Masyarakat sekitar percaya jika Ki Ageng Ratmojo merupakan pengikut Bathara Katong. Saya pun tak ingin memandingkan antara sosok yang berada di novel Sabda Jalan Pulang, dan kisah Ki Ageng Ratmojo yang disusun berdasarkan ingatan kolektif masyarakat sekitar.

Tapi mengenai Desa Grogol, Babad Kartasura pernah menyebut jika Adipati Ponorogo, Raden Martawangsa, selalu mendapat tugas untuk membuat pagar perburuan (grogol), jika Susuhunan Amangkurat Mas berburu di Ponorogo.

Mlebu jro bebethekan, punang sangsam kang kena ing jemparing, winedalaken agupuh, paksane Kidipatya, Pranarago sinambelehana ing kaum, sangsam kang kenging senjata, katinggal marang Sang Aji.

Lamun Raden Martawangsa, manjing grogol lengkung duka Sang Aji, nulya kinen nyekel gupuh, Dipati Pranaraga, den kabari sigra aniba tan emut, rinompa kang para putra, yata kasaputing wengi. (Bagian dari Babad Kartasura)

Dijelaskan dalam Babad Kartasura bahwa Susuhunan Amangkurat Mas suka berburu, dan salah satu tempat kesukaannya di Ponorogo. Ia selalu menghabiskan waktunya untuk berburu, baik di hutan maupun di kali bengawan. Setiap mengadakan perburuan itu semua istri dan selir sebanyak 48 orang diajak semuanya.

Adipati Ponorogo, Raden Martawangsa, diperintahkan untuk membuatkan pagar perburuan (grogol). Pagar perburuan diisi dengan banyak kijang dan rusa, kemudian Susuhanan Amangkurat Mas mengajak para istri dan selirnya untuk berburu kijang dan rusa dalam pagar perburuan itu.

Seperti dalam Babad Kartasura, kata grogol artinya pagar yang terbuat dari anyaman bambu atau perangkap dari tombak-tombak untuk menjebak hewan perburuan. Apakah tempat perburuan yang disebut di Babad Kartasura itu berada Desa Grogol? Dani mengatakan jika ia tak menemukan catatan atau babad mengenai desanya.

Meskipun di Sabda Jalan Pulang, Dani tidak menyebut secara eksplisit atau terus terang mengenai latar tempat, barangkali novel Sabda Jalan Pulang adalah usaha untuk merekontruksi ulang mengenai sejarah desanya yang simpang siur menjadi cerita fiktif.

Beberapa hari yang lalu, saya ke Desa Grogol, tentu saja ditemani oleh Dani. Desa yang tak beda jauh dengan desa-desa agraris lain di Jawa Timur. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani, dan tampak adanya pergeseran semangat di desa itu, dari pertanian ke industri. Di tengah-tengah masyarakat itu, Dani berusaha menyempal,  dan ia merenungkan mengenai masyarakat di desanya.